
Saatnya Peternak Kambing Domba Naik Kelas!
PODZOLIK.COM—Tri Hardiyanto, Ketua Komite Tetap Peternakan, Kadin Indonesia, mengatakan bahwa peternak kambing dan domba secara umum adalah peternak kecil dengan populasi 3—10 ekor/peternak. Selain itu, juga dengan kualitas bibit dan produktifitas yang rendah, inefisiensi kelola perkandangan, dan tidak terintegrasi dengan pasar. Di sisi lain, potensi hilir pasar kambing dan domba terbuka lebar, baik domestik maupun ekspor, terlebih pasar khusus seperti qurban dan aqiqah.
“Karena itu Kadin berkomitmen mendorong perkembangan usaha kambing dan domba di tanah air dengan program Inclusive Closed Loop salah satunya,” ujar Tri dalam webinar bertema Inclusive Close Loop, Upaya Menaikkelaskan Peternak Domba Kambing (10/3/2022).
Arif P Rachmat, Wakil Ketua Umum bidang Pertanian Kadin Indonesia, mengamini pandangan Tri terkait kondisi peternak kambing dan domba. Menurutnya, produktifitas menjadi masalah yang paling utama, selain ditopang oleh faktor tata kelola dan juga skala ekonomi.
“Padahal Indonesia memiliki potensi dari sisi kecukupan lahan dan pangsa pasar yang terus terbuka, tingkat konsumsi daging masyarakat kita juga masih sangat rendah dibandingkan ketentuan yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia,” tegas Arif.
Terkait peluang pasar, Yudi Guntara, Ketua Umum Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI), menambahkan. Menurutnya, selain domestik, pasar ekspor juga terbuka. Pasalnya, eksportir domba seperti Australia dan New Zealand mulai memberlakukan kebijakan ekspor dalam bentuk karkas. Sementara importir seperti Malaysia mengkhawatirkan dari sisi kehalalan dalam proses pemotongan.
“Indonesia seharusnya bisa mengambil peluang tersebut dan mengeskpor kambing serta domba ke Malaysia dan banyak negara lain,” cetus Yudi.
Di acara sama, Musdalifah Machmud, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis, Kemenko Bidang perekonomian, menyebutkan bahwa pemerintah seperti yang diinstruksikan Presiden, mengharapkan adanya pertumbuhan sebanyak 2 juta peternak hingga 2023. Langkah mencapai target tersebut yaitu dengan menggandeng stakeholder, termasuk Kadin Indonesia, mengembangkan model Inclusive Closed Loop.
“Keunggulan pola kemitraan ini adalah adanya keterlibatan pemerintah, akademisi, BUMN, BUMD, perbakan, peternak, asisoasi, dan pelaku usaha dari hulu hingaga hilir. Peternak juga diberikan pendampingan, jadi semua terintegrasi. Contoh pelaksanaanya ada di Jawa Tengah,” tutur Musdalifah.
Sementara itu, Makmun, Sekretaris Jenderal Ditjen PKH, menyampaikan data terkait populasi kambing dan domba. Data terakhir yang tercatat pada 2021, diketahui populasi kambing secara nasional mencapai 19.229.067 ekor, sedangkan domba sebanyak 17.902.991 ekor.
Dari data populasi tersebut diketahui data produksi daging kambing pada 2021 mencapai 61.725 ton, dan daging domba 55.863.ton. Populasi domba 60% tersentra di Jawa Barat sementara kambing menyebar dari Aceh hingga Papua.
“Dengan pengembangan model Inclusive Closed Loop diharapkan dapat meningkatkan populasi yang berdampak pada peningkatkan produksi daging. Diharapkan juga model pengembangan tersebut sebagai pengungkit ekonomi masyarakat,” imbuhnya.
Masih dalam acara yang sama, Nancy Adistyasari, selaku perwakilan dari Direktur Bank BJB mengaku bahwa bank BJB telah membantu banyak peternakan kambing dan domba dengan bantuan pinjaman finansial untuk kebutuhan pengembangan peternakan.
Menurutnya, bank BJB melakukan analisis mendalam sebelum memfasilitas peternak lokal melalui off-taker yang menaungi peternakan tersebut sehingga terdapat kepastian perputaran modal dengan jelas. Hal itu disusul dengan pernyataan Miftah, selaku perwakilan dari OJK yang turut membantu keuangan peternak melalui sektor pinjaman bukan bank.
“Analisis keuangan merupakan hal penting yang harus dilakukan bagi peternak untuk memastikan perputaran modal dapat terarah dengan baik,” ujar Nancy. (sr)