Tujuh Puluh Hari Sudah Bisa Dipanen

Tujuh Puluh Hari Sudah Bisa Dipanen
Petani kentang sedang memanen hasil budi daya yang dilakukannya.
Spread the love

PODZOLIK.COM—Budi daya kentang diketahui masih sangat berprospek cerah bisnisnya untuk digarap. Kebutuhan pasar yang semakin meninggi menjadi peluang menarik untuk mengusahakan tanaman kentang. Analisa usahanya pun sangat menguntungkan untuk digarap oleh petani.

Dengan modal sebesar Rp80 juta per hektare, rata-rata akan didapat pemasukan sebesar Rp150 jutaan. Artinya, omzet sebesar Rp60—70 juta akan dapat dikantongi bersih oleh para petani kentang. Apalagi budi daya tanaman kentang terbilang berlangsung singkat, yaitu hanya sekitar 3 bulan.

Bila tertarik bertanam kentang, maka langkah pertama yang wajib dilakukan yaitu menentukan lokasi tanam ideal. Solanum tuberosum L, alias kentang, diketahui hanya cocok ditanam pada lahan dengan ketinggian 500—3.000 m dpl. Lokasi tersebut juga mesti memiliki curah hujan sebesar 100—300 mm/hari dengan suhu rata-rata sekitar 20—30° C.

Varietas kentang yang umum ditanam petani Indonesia adalah Granola dan Atlantik. Di luar itu, terdapat juga varietas lain yang diusahakan, seperti Manohara dan Krespo. Petani sangat dianjurkan memilih varietas yang tahan hama dan penyakit, agar potensi panen dapat tercapai dan terhindar dari kegagalan panen.

Untuk 1 hektare penanaman, diperkirakan kebutuhan bibit umbi kentang mencapai 1.200 kg. Bibit kentang berkualitas dengan sertifikat, dapat diperoleh dari balai benih, atau juga melalui para penangkar bibit kentang. Namun ke depan, kebutuhan benih kentang berkualitas dengan sertifikat juga akan dipasok dari pihak swasta, sehingga ketersediaanya akan semakin mudah didapat.

Olahan Tanah dan Penanaman

Diungkapkan oleh Budi Slamet, petani kentang asal Pangalengan Bandung, usai mendapatkan lokasi tanam yang sesuai, lahan kemudian digemburkan. Setelah itu, dibuat garitan sedalam 5—10 cm, dengan jarak antar garitan sebesar 70—80 cm.

“Sehabis membuat garitan, lalu diberi pupuk kandang sebanyak 30 ton per hektare, pupuk ditebar saja di atas garitan, jangan lupa garitan dirapikan kembali setelah pemberian pupuk kandang,” ujar Budi yang memiliki lahan penanaman kentang seluas 20 hektare.

Setelah itu, langkah berikutnya yaitu penanaman bibit umbi. Bibit ditanam dalam garitan dengan jarak tanam 30 cm x 80 cm.

“Posisi bibit saat ditanam yaitu mata tunas harus menghadap ke atas, jangan sampai terbaik!” timpal Giri Santoso, petani ketang asal Pejawaran, Banjarnegara, Jawa Tengah ini mengingatkan.

Selesai menanam bibit, kemudian lahan kembali diberi pupuk. Jenis pupuk yang digunakan adalah TSP, jumlahnya sebanyak 250—300 kg, Urea 200—300 kg, ZA 300—400 kg dan KCL 200—300 kg. Kesemua pupuk tersebut dicampur dan ditaburkan di sekitaran bibit. Agar lebih mudah, petani dapat pula menggunakan pupuk lengkah NPK.

“Setelahnya, garitan yang sudah ditanami bibit dan diberi pupuk, kemudian ditutup dengan tanah,” Giri menambahkan.

Perawatan

Tahapan berikutnya dalam budi daya ketang adalah perawatan. Termasuk dalam kategori tersebut adalah penyiraman. Aplikasi penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Sebagai catatan, tanaman kentang muda sangat membutuhkan pasokan air yang cukup namun juga tidak berlebih. Oleh karena itu, penyiraman harus juga mempertimbangkan musim dan cuaca.

Termasuk juga dalam tahapan perawatan, adalah penyiangan. Proses penyiangan dilakukan hanya 2—3 kali selama 1 siklus tanam ketang. Bersamaan dengan penyiangan tanaman, dilakukan juga pembuatan guludan.

“Pengguludan perlu dibuat supaya umbi tidak terkena sinar matahari secara langsung, karena kalau terkena, kualitasnya akan menurun, warna umbi biasanya akan berubah menjadi kehijauan,” tutur Ibrahim, petani ketang asal Batur, Banjarnegara, Jawa tengah.

Menurut Ibrahim, saat musim hujan tiba, guludan sebaiknya ditinggikan. Tinggi ideal guludan saat musim penghujan yaitu sekitar 40—50 cm.

Dalam tahapan perawatan juga dilakukan pemberian pupuk susulan. Pemberianya dilakukan setiap 20 hari sekali setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan per hektare yaitu, Urea 500 kg, ZA 150 kg, KCL 100 kg dan TSP 400 kg. Petani dapat pula menggunakan pupuk lengkap NPK agar lebih mudah mengaplikasikannya.

Pengendalian OPT

Tanaman kentang termasuk komoditas hortikultura yang rawan akan serangan Organisme Pengganggu Tanamn (OPT). Beberapa jenis OPT yang rutin menyerang adalah penggerek umbi, kutu daun persik, lalat pengorok daun, trips, anjing tanah, uret, virus daun menggulung, penyakit busuk daun, penyakit bercak kering alternaria, penyakit layu bakteri, dan Nematoda Sista Kuning/NSK.

Oleh karena itu, para petani kentang wajib waspada dan sangat disarankan untuk melakukan pengendalian OPT secara preventif, caranya yaitu melalui penyemprotan pestisida secara berkala. Dosis dan cara aplikasinya dapat disesuaikan rekomendasi dari produsen yang tertera pada kemasan pestisida.

Selain itu, petani juga sangat dianjurkan untuk menggunakan tanaman border, seperti jagung dan Tegets sp, musuh alami, perangkap kuning, serta feromon seks. Kesemuanya adalah sebagai langkah antisipasi guna menangkal serangan hama dan penyakit pada tanaman kentang.

Panen

Setelah sekitar 70 hari pascatanam, tanaman kentang sudah dapat dipanen oleh petani. Jumlah hasil panen yang didapat bervariasi, tergantung dari varietas kentang yang digunakan oleh petani. Namun umumnya untuk jenis granola, dalam satu hektare penanaman bisa didapat sekitar 25—30 ton kentang segar siap jual.

Harga jual panen kentang di tingkat petani berkisara antara Rp6 ribu—Rp 10 ribu per kg. Sehingga, dari budi daya tanaman kentang akan diperoleh omzet sekitar Rp150 jutaan per hektare per siklus tanamnya. (sr)

Bagikan