Dorong Pengendalian Harga, Pemerintah Tinjau Produksi DOC Broiler

PODZOLIK.COM-Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan pemantauan langsung ke unit-unit penetasan (hatchery) di Subang, Jawa Barat, sebagai bagian dari upaya pengendalian produksi anak ayam umur sehari (DOC) broiler. Langkah ini ditempuh guna menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan ayam pedaging di pasaran serta menekan fluktuasi harga di tingkat peternak.
Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan, Hary Suhada, menyampaikan bahwa pengendalian dilakukan secara mandiri oleh perusahaan pembibit, merujuk pada Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2024 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.
Dalam pelaksanaannya, Kementan telah mengeluarkan surat himbauan kepada perusahaan pembibit untuk mengurangi jumlah telur tetas fertil serta melakukan afkir dini pada parent stock (PS) berusia 55 minggu.
Unit penetasan adalah titik awal dari produksi ayam pedaging. Kontrol pada tahapan ini sangat penting agar pasokan tidak melebihi permintaan di pasar, kata Hary saat kunjungan kedua hatchery milik PT Japfa Comfeed Indonesia dan PT Charoen Pokphand Jaya Farm (17/5/2025).
Kunjungan tersebut turut melibatkan Balai Veteriner Subang, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Subang.
Menurut Hary, hasil pemantauan tersebut menjadi data penting untuk menyusun kebijakan yang tepat sasaran dalam menghadapi dinamika industri perunggasan. Ia juga meminta pemerintah daerah melalui organisasi perangkat daerah (OPD) di bidang peternakan dan kesehatan hewan untuk rutin melakukan pengawasan terhadap unit-unit penetasan di wilayahnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat, Linda Al Amin, mengungkapkan bahwa pasca Lebaran terjadi penurunan daya beli masyarakat yang signifikan.
“Pemotongan ayam menurun, namun distribusi ayam dari luar tetap masuk ke wilayah Jawa Barat, menyebabkan kelebihan pasokan dan tekanan harga di tingkat peternak,” jelasnya.
Ia juga mengakui bahwa belum ada intervensi nyata dari pemerintah daerah untuk mengatasi kondisi tersebut.
Linda menegaskan bahwa kunci pengendalian harga ayam pedaging ada pada regulasi produksi dan distribusi DOCÂ broiler. Ini penting agar usaha peternak mandiri tetap bisa bertahan di tengah tekanan pasar, sambungnya.
Hary Suhada pun mengapresiasi peran aktif pemerintah daerah yang berkomitmen mengatur lalu lintas ayam ras di wilayah masing-masing. Pemda memegang kendali atas pemasukan dan pengeluaran komoditas peternakan, termasuk ayam ras.
“Kami mendorong seluruh perusahaan pembibit untuk melaksanakan pengendalian produksi secara mandiri sesuai surat himbauan yang telah dikeluarkan,” tambahnya.
Dukungan juga datang dari pelaku industri. General Manager Hatchery Area Jawa Barat PT Charoen Pokphand Indonesia, Agung Prasetyo, menyatakan pihaknya siap menjalankan instruksi dari Kementan.
“Kami berkomitmen menjaga kestabilan harga dan pasokan ayam hidup. Pengendalian produksi DOC broiler sangat penting agar distribusi tetap seimbang dan peternak tetap mendapatkan harga yang menguntungkan,” ucapnya.
Senada, Head Export Import & Permit PT Japfa Comfeed Indonesia, Rezha Hutama Santoso, menegaskan komitmen perusahaannya untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga unggas nasional.
“Kami mendukung penuh setiap upaya pemerintah demi kelangsungan industri perunggasan yang sehat dan berkelanjutan”, tegasnya (af)
Foto : ist